Dinaikan dari manga buatan
Dinaikan dari manga buatan Hiroyuki Yasuda, Netflix memperkenalkan film Call Me Chihiro, suatu film asal Negara Sakura Jepang yang mengangkat jenis slice of life. Sutradara Rikiya Imaizumi menuntun aktris Kasumi Arimura selaku aktor kuncinya. Di film ini muncul pula Hana Toyoshima, Miwako Ichikawa, Boncong Fubuki serta Lily Franky.
Film bimbingan Imaizumi kali ini merupakan mengenai perasaan serta metode menguasai mereka yang hadapi kesusahan. Sepanjang 131 menit penayangannya, kita dihidangkan ekspedisi Chihiro( Kasumi Arimura) dengan era lalunya yang getir selaku perempuan penghibur, kemudian ganti pekerjaan jadi pengawal gerai bento di kota kecil di pinggir laut. Chihiro, sang mantan PSK, jadi populer di area itu.
Hari- hari Chihiro diisi dengan melayani klien gerai bento yang diatur oleh suami istri separuh berumur serta berjumpa dengan banyak orang terkini dengan jiwa- jiwa kesepian.
Chihiro merupakan seseorang perempuan yang ramah serta senantiasa beranggapan positif. Itu beliau jalani bukan karena desakan profesi, tetapi memanglah cirinya semacam itu. Orang terkini yang ditemuinya diajaknya mana bento. Semacam ojisan( eyang) gelandangan yang ditemuinya di jalur.
Beliau pula menawarkan
Dinaikan dari manga buatan
kedekatan pada Okaji( Hana Toyoshima) yang bergulat dengan rasa ketidaknyamanan di keluarganya, serta banyak orang yang memiliki cedera. Film ini mempelajari kerangka balik Chihiro dengan metode yang ayal. Bisa jadi beberapa orang berasumsi kalau film ini berjalan dengan pace yang menjenuhkan. Tetapi ceruk begitu malah membuat orang merenungi tiap aksi Chihiro.
Perempuan belia ini tidak banyak ucapan, tetapi air wajahnya banyak menceritakan. Inilah yang menarik dari Call Me Chihiro. Film ini berpusat pada perasaan serta marah tiap kepribadian serta Chihiro memegang mereka dengan metode istimewa yang kerap kali nampak semacam bersandar bersama serta silih merasai marah saja. Bisa jadi nampak semacam sepele, tetapi beliau sukses mencapai perasaan mereka yang terdapat bersamanya.
Pengumpulan lukisan close up pada film ini terus menjadi mempertegas gimana rasa serta marah mereka. Rasanya mereka berdialog banyak melalui pandangan mata serta isyarat. Call Me Chihiro menarik dari bidang visual. Panorama alam di pinggir tepi laut, membuat film ini nampak menawan sekalian menimbulkan gradasi melankolis. Visual dengan tone jadul semacam ini kolam menyiratkan perasaan orang yang sering- kali hening serta di lain durasi meluap. Film ini bisa jadi bukan buat seluruh orang. Terlebih pace ayal yang diusungnya dapat memunculkan kejenuhan pada banyak orang yang lebih menggemari film dengan ceruk kilat. Tetapi, bila kalian menggemari atraksi yang membikin batin hangat, hening, mengajak merenung serta emosional, Call Me Chihiro hendak kalian gemari.
Berita terbaru ahok sindir anies selama menjadi gubenur jakarta hanya pinter bicara => suaratoto